Sunday, July 1, 2007

Sistem pendidikan di Amerika Serikat


Amherst, Massachusetts, USA --- Sekarang ini kami diundang oleh pemerintah Amerika Serikat untuk mempelajari sistem pendidikan di AS. Sangat berbeda dengan di Indonesia, pengelolaan pendidikan di AS lebih banyak ditangani oleh masyarakat sendiri ketimbang oleh pemerintah, sangat desentralistik sekali.


Sistem pemerintahan di AS hampir mirip dengan di Indonesia. Terdiri dari 3 lapis pemerintahan yaitu pusat disebut Federal atau Sentral Goverment, pemerintah provinsi atau negara bagian yang disebut State goverment dan yang ketiga pemerintah kota atau kabupaten yang disebut Local Goverment. Ada 51 negara bagian atau state di AS, dan ada sekitar 10 sampe 30 kota/kabupaten atau disini disebut Town / City disetiap negara bagian.


Ternyata sudah menjadi kultur budaya yang sangat mengakar dalam sejarah AS bahwa pendidikan menjadi tugas bagi keluarga dan masyarakat. oleh karena itu masyarakat tidak mau kalau pendidikan diatur oleh pemerintah pusat, bahkan oleh pemerintah negara bagian, bahkan oleh pemerintah lokal sekalipun. Masyarakat merasa memiliki hak yang sangat kuat untuk menentukan sistem pendidikan seperti apa yang paling tepat untuk masyarakat mereka. Mereka menganggap tantangan yang dihadapi oleh setiap komunitas tidaklah sama, jadi sistem pendidikan juga tidak boleh atau tidak perlu disamakan antara satu kota dengan kota lain, antara satu state dengan state lain.


Sistem pemerintahan di tiap lapis juga hampir mirip dengan di Indonesia. Ada lembaga eksekutif, legislatif dan yudikatif. Lembaga legislatif ditingkat pusat menggunakan sistem bikameral atau sistem dua kamar, sama dengan di Indonesia ada DPR dan DPD, jumlah DPR plus DPD sama dengan MPR, disini MPR disebut Congress beranggota sebanyak 535 orang yang terdiri dari House (semacam DPR-RI) beranggota 435 orang dan Senate (semacam DPD)beranggota sebanyak 100 orang. Ditingkat state atau negara bagian atau provinci juga terdiri dari Representative (=House) dan Senate. Sedangkan ditingkat lokal hanya ada representative. Ditingkat lokal disetiap 200 orang penduduk ada 1 orang representatif, jadi contohnya ditempat kami tinggal di kota Amherst penduduknya ada 22.000 orang, maka wakil rakyatnya (representatif) ada 110 orang. Wakil rakyat ini kemudian memilih perwakilan mereka lagi atau bisa juga disebut tim formatur atau disini disebut selectman atau Selectboard sebanyak kurang lebih 5 orang yang mempunyai tugas memilih walikota (Mayor) atau Bupati (Town manager). Tidak terkait dengan itu, masyarakat juga memilih melalui pemilu lokal yang disebut wakil-wakil mereka yang akan mengurus urusan pendidikan, yaitu yang disebut school commitee atau komite sekolah. Bedanya dengan di Indonesia komite sekolah adanya ditiap sekolah, tapi di AS komite sekolah adanya ditingkat kota/kab. Jadi mungkin mirip dengan Dewan Pendidikan di Indonesia, hanya bedanya komite sekolah di AS dipilih langsung oleh rakyat.


Komite sekolah ini berjumlah berkisar 5-7 orang tergantung jumlah penduduk, dan mereka akan memilih yang disebut Super Intendants sebanyak 1 orang. Maka untuk urusan pendidikan komite sekolah berfungsi sebagai legislatifnya dan super intendant sebagai eksekutifnya atau kepala dinasnya. Jadi semacam ada 2 pemerintahan ditingkat lokal, yaitu pemerintahan yang mengurus pendidikan, dan pemerintahan yang mengurus selain pendidikan. Eksekutif yang mengurus pendidikan disebut super intendant dan eksekutif yang mengurus selain pendidikan disebut mayor atau town manager. Pendapatan pemerintah lokal berasal dari pajak property yang dipungut dari masyarakat, uang ini dipegang oleh mayor/town manager dan 60% dari uang ini diserahkan kepada Super Intendant. Ketika kami sempat bertemu dengan seorang mantan walikota Amherst, beliau menyatakan pusing dengan komite sekolah, karena uang saya sebagian besar dipakai buat mengurus pendidikan.


Amerika Serikat terdiri dari berbagai orang dari negara-negar lain didunia. makanya AS sering disebut sebagai Negri Imigran. Meskipun imigran tapi mereka diperlakukan sama. Demokrasi dan hak setiap individu dijunjung tinggi. Keberhasilan letaknya pada individu masing2 bukan pada sistemnya. Ketika di Newyork saya melihat banyak gelandangan berkeliaran dikota yang sangat padat, lebih padat dari jakarta. Lebih padat dari pusat pertokoan di kota Sukabumi. Dan orang miskin juga banyak, tetapi itu bukan lantaran mereka tidak diperhatikan pemerintah, tetapi karena mereka sendiri yang mau seperti itu, dan sebagiannya lagi karena sudah dirusak oleh obat-obat bius. Ternyata etnik yang tergolong kaya di AS adalah etnik kulit putih asli AS dan orang Asia, dan yang miskin kebanyakan orang kulit hitam, suku African American dan orang Hispanik (Amerika Latin). Kalo dari sisi agama, yang kaya adalah orang Yahudi dan Muslim. Ada sekitar 10% dari seluruh penduduk AS yang paling kaya. penghasilan pemerintah pusat atau federal adalah dari pajak penghasilan atau PPH (kalo tadi pemerintah lokal penghasilannya dari pajak proverty atau PBB). Dari keseluruhan pendapatan banyak 70%nya berasal dari 10% orang paling kaya di AS.


Tugas dari Komite Sekolah adalah : mengurus anggaran pendidikan, mengangkat Super Intendant (SI), membuat kebijakan pendidikan termasuk kurikulum, dan melaporkan ke publik (masayarakat). Tugas SI adalah : Mengangkat Principals atau Kepala Sekolah, mengangkat staf dan direktur-direktur pendidkan (subdin-subdin), melaksanakan pengelolaan pendidikan, dan melaporkan ke komite sekolah. Tugas dari Principals adalah : Sebagai manager di sekolah, mengangkat guru-guru, melaksanakan kurikulum dan melaporkan ke SI. Tugas guru adalah membuat draft kurikulum, menentukan buku (tapi tidak boleh menjual), mengajar, melaporkan ke principals.


Keuangan untuk pendidikan yang diberikan ke SI melalui komite sekolah berasal dari 60% kekayaan pemerintah lokal, 40% kekayaan pemerintah state dan 10% kekayaan pemerintah pusat. Tetapi ketika pemerintah state dan pusat memberikan kekayaannya ke komite sekolah, maka komite sekolah wajib menerima kebijakan-kebijakan pendidikan pemerintah pusat dan state yang terkait dengan jumlah uang yang diberikannya itu.


Di Indonesia kita mengenal wajib belajar SD dan SMP. Di Amerika kesempatan memperoleh pendidikan bagi seluruh warga sudah lama diberlakukan. wajib belajar di AS mulai dari SD sampai SMA. Tapi pemerintah menggratiskan biaya sekolah sejak TK sampai SMA untuk sekolah-sekolah negri. Untuk sekolah swasta, pemerintahan dipusat sampai lokal tidak memberikan anggaran apapun, dan sebaliknya sekolah itupun tidak diwajibkan mengikuti seluruh kebijakan pemerintah dibidang pendidikan.


Pada tahun 2001 pemerintah pusat melakukan Reformasi di bidang pendidikan dengan meluncurkan kebijakan NCLB atau No Child Left Behind atau Tak ada satupun anak yang tertinggal dibelakang. Kebijakan ini terkait dengan mutu atau kualitas anak didik. Negara bagian Massachusetts yang selalu terbaik dalam pendidikan telah lebih dulu mengawali kebijakan ini pada tahun 1993. Kebijakan NCLB ini antara lain dilakukan dalam bentuk penciptaan standar-standar mutu hasil didik dan pelaksanaan Ujian Nasional. Pemerintah pusat memerintahkan pemerintah negara bagian untuk membuat standar pendidikan, membuat kurikulum, membuat soal Ujian nasional dan menyelenggarakan Ujian nasional. materi yang diujikan samapai saat ini baru Matematik dan Bahasa Inggris, tapi tahun depan akan ditambah Sejarah AS dan IPA.


Intervensi pemerintah pusat dalam pendidikan dilakukan karena melihat kualitas pendidikan anak-anak SMA sangat menurun. Angka Drop Out (tidak meneruskan sekolah) sebesar rata-rata 50%, dari 50% yang ikut Ujian nasional lulus 90%, dari yang lulus ini sebagian meneruskan kuliah dan sebagian lagi bekerja. Sebelum masuk perguruan tinggi atau bekerja mereka juga di tes, dan hanya 50% dari yang ikut tes lulus masuk perguruan tinggi atau bekerja. akibatnya banyak pengangguran atau bekerja ditempat yang dibayar murah, dan akibatnya angka kemiskinan makin meningkat, seterusnya pembayar pajak semakin sedikit dan pendapan negara semakin berkurang.


Kita melihat masih terlalu banyak problema dan ketidakpuasan diseputar persoalan pendidikan ini, tetapi sebagai bangsa yang besar dan sudah tua mereka sangat berpengalaman dalam memberikan respon yang cepat dan tepat dalam mengatasi permasalahan-permasalahan yang terjadi. Karakter ini sudah menjadi budaya bangsa Amerika yang perlu kita pelajari untuk kita ambil manfaatnya. (HNP)


Sholat Jum'at di masjid Hampshire Mosque




Amherst, Massachussetts, USA --- Jum'at 29 Juni 2007 saya sholat jum'at di Masjid Hampshire Mosque di Amherst. Kami jalan kaki dari asrama tempat kami tinggal. Jaraknya cukup jauh, kira-kira 2 kilometer. Saya berjalan kaki karena disini ga ada ojeg atau angkot. Transportasi publik yang ada di AS itu adalah Bis dan Kereta api, tapi itu untuk jarak jauh. Untuk jarak dekat biasanya pake mobil sendiri dan rata-rata keluarga Amerika punya mobil pribadi.


Mesjid hampshire terletak dilantai 2 (lantai teratas) dibangunan yang ada disitu. Tempat ini masih menyewa. Mesjid ini adalah salah satu ruangan untuk toko yang disewakan. Masuk kedalam masjid terasa tenang, ingat dimesjid cihingkik belakang rumah saya. Mesjid ini kecil ukurannya sekitar 5 x 10 meter. Sholat jum'at diselenggarakan jam 13.15 dan saya sudah sampai jam 12.45 waktu setempat. Didalam sudah bayank orang. Saya langsung sholat tahiyatul masjid 2 rokaat dan menunggu waktu khutbah. Kemudian beberapa orang masuk, termasuk jama'ah akhwat dan juga temen2 lain baru dateng.


Kemudian khotib maju dan mengucapkan salam. Muadzin adzan dengan irama seperti adzannya Bilal di film Ar-Risalah, pendek-pendek dan tanpa irama. Khotib khutbah dengan bahasa Inggris, tentang do'a. Khotib dan muadzin wajahnya seperti orang arab. Selesai khutbah kita melaksanakan sholat. Ini adalah sholat jum'at saya yang kedua kalinya. Imam solat hari ini bukanlah pemuda yang tadi khutbah, tetapi pemuda arab lain yang pekann lalu juga jadi imam dan khotib. dia pemuda dari Mesir, saya rasa dia orang ikhwan, karena pekan lalu dia berceramah tentang Persaudaraan dalam Islam, dan hari ini setelah selesai sholat dia mengumumkan dan mengajak jama'ah untuk hadir dalam halaqoh yang biasa diadakan setiap jum'at malam.


Yang menarik dalam sholat jama'ah disini, saat tahiyat akhir posisi kakinya tidak disilang seperti kita disini, tetapi posisi seperti tahiyat awal. Yang menarik lainnya adalah selesai sholat kita menikmati hidangan berupa makanan ringan seperti kue-kue basah dan kering dan buah-buahan. Dipojok masjid ada dispenser dan gelas plastik yang sekali pakai. Kita makan sambil ngobrol. mereka sangat senang bertemu dengan kita sesama muslim. Dan kami bertemu dengan orang Indonesia yang sudah lama tinggal disini. Ada kang Bara (lulusan S1 matematika ITB, S2 Itali, dan sekarang ambil S3 di Universitas Massachusetts (UMASS). dia orang bandung. dia sholat jum'at dengan istrinya dan anak2nya, bara kerja sambilan sebagai asisten dosen), kang Hadi (orang bandung juga, S1 matematik ITB, S2 Belanda, S3 UMASS dan sekarang jadi dosen di UMASS), kang Utama (orang garut, dia lagi S2 di UMASS dan sambil kerja), mas Ahkmam (dosen IAIN Semarang, yang sedang mengikuti pelatihan selama 42 hari, seperti kita diundang oleh pemerintah AS), kita juga berkenalan dengan orang nigeria, Ibrahim Mondzhu, orangnya hitam kurus tinggi, ramah, dia cerita populasi muslim di negeria jumlahnya 99%, dia juga menjelaskan bahwa mondzhu diambil dari kata-kata manzha ... dari kalimat manzhalladzi yasfa'u indahu illa bi-idznih....potongan ayat kursi. Dengan penjelasan ini kita bisa menilai betapa bagus ternayata kualitas keislaman pemuda nigeria ini.


Kemudian kita berfoto bersama didalam dan diluar masjid. Alhamdulillah bertambah lagi pengalaman baru kita bersama saudara-saudara muslim kita dari berbagai ras, warna, kulit, bahasa, etnik, dan negara yang berbeda. Disatukan dalam ketundukkan pada Tuhan yang sama Allah Subhanahu wata'ala. Tersedak tenggorokanku, hampir ga bisa mengeluarkan kata-kata, karena haru dengan kebahagiaan ini. (HNP)

Barbecue di rumah Mike Hannahan




Amherst, Massachusetts, USA --- Mengakhiri kegiatan hari ini, Jum'at 29 juni 2007, yang cukup melelahkan, kami diajak oleh mike barbecue (makan makanan yang dibakar/panggang) dirumahnya. Rumah mike terletak agak dipedalaman, kalo dikita dikampung. Suasana disepanjang jalan menuju mike itu seperti kalo kita memasuki daerah pedalaman di sagaranten, atau situ gunung kadudampit sukabumi, atau rumah-rumah dipedalaman lembang, bandung, jawa barat, dimana sisi kiri-kanan jalan lebat ditumbuhi pohon-pohon kayu besar tinggi dan rindang. Sehingga sinar matahari tidak sempat menyentuh tanah jalanan karena terhalang oleh pepohonan itu. Hanya bedanya rumah-rumah disini besar-besar terbuat dari papan (tipikal rumah penduduk Amerika) dan tanahnya luas-luas, sehingga jarak antar rumah itu rata-rata antara 50 - 150 meter. Tanah milik mike misalnya seluas kira-kira 300 x 300 m = 90.000m2.
Ini pengalaman saya pertama mengunjungi rumah pribadi warga Amerika. Masuk kedalam rumah mike sangat menyenangkan. Rumahnya seperti rumah panggung, pintu masuk rumah kira-kira 1 meter diatas tanah, jadi ada tangga kecil. Tapi ternyata bukan sekedar panggung karena ternyata masih ada ruangan dibawah tanah (basement) , disamping juga ada ruangan atas, jadi semuanya 3 lantai.
Ruangan didalam rumah ternyata tidak terlalu luas, seperti yang kita kira ketika kita melihat dari luar. Jadi rumah itu memanjang dan pendek kebelakangnya. Lantainya terbuat dari papan seperti triplek mengkilat, ada karpet yang tebal dan lembut diruang TV dan di bawah meja makan didekat dapur. Disamping rumah ada teras yang alasnya juga dari papan kayu tebal keras, seperti kayu pohon kelapa yang dibuat papan. teras itu tentu saja panggung, karena lantai teras sejajar dengan lantai rumah. luas teras kira-kira 3x5 meter. Diteras itu ada meja yang menyatu dengan kursi panjang ada senderannya, yang terbuat dari kayu yang sama dengan lantai. Ditengah meja ada tiang untuk menyangga atap kain melingkar untuk mnaungi meja. teras itu juga dilingkari dengan pagar kayu dan juga berfungsi sebagai senderan dari bangku yang memanjang disepanjang pagar. Suasana teras ini sangat indah untuk dipakai sebagai tempat ngobrol-ngobrol santai bersama keluarga dan teman-teman.
Dibelakang rumah ada kolam renang yang didirikan diatas tanah rumput. Lagi-lagi tidak terbuat dari tembok batu seperti kebanyakan rumah, teras atau kolam renang keluarga di Indonesia. Tembok batu terkesan permanen dan sangat mewah bagi orang Amerika. jadi kolam renang itu terbuat dari bahan semacam fiber glass, mulai dari bagian luar dan dalam kolam. Tangga kolam juga terbuat dari plastik bukan besi. lantai atas diluar kolam juga dari fiber / plastik. kesannya sangat natural.
Dibelakang rumah ada gudang yang cukup besar, terlihat agak berantakan, didalmnya bertumpuk bermacam jenis alat-alat olah raga, cukup banyak dibanding jumlah anak mike yang hanya 2 orang. didepan gudang ada lapangan basket kecil, dengan hanya satu tiang basket yang terbuat dari besia dan fiber. Dilapangan basket itu juga ada gawang hockey, ada papan luncur buat sepatu roda. Digudang ada sepeda, sepatu roda, dan berbagai alat olah raga lain. Rumah-rumah seperti mike ini terbilang umum, jadi mike bukan orang yang dibilang kaya, tapi menengahlah. Kami lebih tertarik main bulutangkis dilapangan rumput daripada berenang. Disana sudah terpasang net dan tersedia 4 raket, jadi kita main badminton sampe lemes. Lumayan buat me-rapel olah raga yang ga pernah dilakukan.
Habis main badminton, kita istirahat dan ngobrol di teras. Rekan kita Arly berenang dengan tujuan membersihkan dan menyegarkan badan sehabis main badminton. Keluarga mike dibantu anak2 mahasiswa yang bekerja part time di Institute Donahue bersama mike, ikut membantu. Mereka adalah james, andy, jill dan salsa. James memanggang ikan, ayam dan daging sapi. Lisa istri mike mempersiapkan lalap-lalapan dan hidangan penutup. Sekali lagi, seperti yang terjadi ketika kita makan di restoran pinggir sungai connecticutt, ikannya adalah daging ikan yang sudah dibuang tulangnya dibentuk seperti lempengan, begitu juga daging ayam dan sapinya.
Alat pembakarannya cukup modern. semuanya terbuat dari fiber, kecuali tempat pembakarannya. Alat itu tinggi, ada kakinya. apinya keluar dari gas prophane yang menyatu dengan tubuh alat pagang ini. Diteruskan dengan selang keatas. Diatas alat panggang ada tutupnya yang bisa mencegah asap berkeliaran kemana-mana.
Saya minum lemon dicampur batu es. Di Amerika saya jadi terbiasa minum dingin, karena minum dingin adalah minum standar bagi mereka. Seperti di restoran kalo kita minta air putih (fresh water / drinking water) mereka pasti akan menyuguhkan air putih dengan batu es. Tapi anehnya kalo di Indonesia saya minum air dingin terlalu banyak bisa batuk-batuk dan radang tenggorokan, tapi disini enggak. Mungkin udara dingin dan kering membantu menjaga tubuh sehingga sesuai dengan minuman dingin. Orang Amerika kurang terbiasa minum hangat, meskipun udara begitu dingin. Dan kalaupun minum hangat, mereka lebih sering minum kopi dari pada teh. Dan mereka lebih sering minum kopi hitam yang agak pahit, dari pada manis atau pake cream.
Sambil ngobrol dan sebagiannya nonton TV kita menunggu masakan siap. Setelah siap kita makan bersama di meja makan didekat dapur. Sambil diselingi obrolan sedikit-sedikit. Saya ga kebagian daging sapi, karena saya udah ambil ayam duluan, lalu saya nambah makan ikan. Sekali lagi acara seperti ini bagi saya dan mungkin juga teman yang lain, lebih merupakan menjaga dan menghormati undangan tuan rumah yang berusaha melayani dan menghargai kita para tamu dari negri jauh. Setelah itu kita foto-foto dan pulang ke asrama. Alhamdulillah kita mendapatkan teman dan saudara baru di Amerika, meskipun mereka beragama lain, tapi kita saling menghormati batasan-batasan kita masing-masing. (HNP)

Saturday, June 30, 2007

Naik boat di connecticutt river













Connecticutt river, Massachusetts, USA -- Hari ini Sabtu tidak ada pertemuan seperti dihari-hari kerja sebelumnya, kami diajak Mike Hannahan jalan-jalan ke sungai connecticutt. Hari itu mike mengajak istrinya Lisa dan asistennya salsa yang orang rusia itu menemani kami ber-enam termasuk Sadli, interpreter kami, naik mobil van nya mike yang panjang itu. Perjalanan kira-kira 30 menit untuk menuju sungai connecticut. Sebenarnya ada banyak pintu masuk ke pantai dari rumah kami, seperti juga kalau kita ingin masuk dari kota atau bahkan negara bagian lain yang masih bersinggungan dengan sungai ini. Sampai dipintu masuk sungai ini kami sekali lagi terpesona dengan pemandangan yang sangat indah. Ada satu rumah makan di areal itu dan satu tenda besar putih diluar yang jaraknya sekira 50 meter dari rumah makan tadi. Rumah makan ini berada ditengah-tengah lapangan parkir yang sangat luas berukuran kira-kira 100 x 300 m2 yang didalamnya berjejer banyak mobil-mobil besar gaya Amerika yang cukup keren serta yang khas disini yaitu mobil-mobil trailer kecil yang digunakan untuk menarik boat-boat dari rumah masing-masing ke sungai ini. Trailer kalau di Indonesia digunakan untuk menyebut truk besar, tapi kalau disini truk mini juga disebut trailer, yaitu kendaraan yang khusus digunakan untuk menarik atau mengangkat beban bawaan dibelakangnya. Para tukang parkir, yang kebetulan kebanyakan adalah anak-anak sekolah yang bekerja part time, semua tidak berjalan kaki karena luasnya areal parkir, tapi menggunakan kendaraan khusus berukuran kecil.

Ditempat parkir masih ada beberapa boat yang belum diturunkan ke sungai, tetapi pemandangan dibibir sungai lebih mempesona lagi, karena disitu sudah banyak boat-boat besar kecil yang parkir dipinggir sungai. Boat-boat seperti ini sangat jarang bisa kita lihat disungai atau laut di Indonesia, karena boat-boat ini tergolong property yang sangat mahal. Meskipun harga boat disini juga sangat mahal, yang secondnya aja berkisar antara 10 - 40 kali harga mobil, tetapi jumlah boat yang parkir dipinggir pantai sangat banyak, sekitar 25 boat menurut hitungan saya berjejer, pemandangan yang hampir sama juga terlihat dipinggir pantai pintu masuk yang lain yang sempat kita lewati sebelumnya. Juga yang sangat menarik adalah pinggir sungainya sangat bersih sepanjang mata memandang, hal ini patut jadi renungan kita yang diajarkan agama untuk menghargai kebersihan.

Boat-boat itu terlihat mengkilat, menandakan dia sangat terpelihara, sebagaimana juga kebanyakan mobil-mobil disini. Disamping boat-boat kecil dan sedang, ada satu boat yang sangat besar yang sengaja disediakan untuk turis berdarmawisata mengarungi sungai connecticutt yang lebarnya kira-kira 300 meteran itu. Setelah mike membeli tiket akhirnya kita dan beberapa turis lokal lainnya, rame-rame naik ke atas boat besar itu. Kita semua duduk ditengah ruangan dan boat ga lama kemudian mulai bergerak. Kita diminta untuk tidak berkeliaran diluar ruang tengah sebelum menonton televisi yang menjelaskan tentang pengetahuan keselamatan, seperti yang biasa kita lakukan ketika kita naik pesawat. Selesai menonton pengetahuan keselamatan, selama kurang lebih 5 menit, kemudian kita berkeliaran ke dek kapal dibawah dan ada yang diatas kapal. diatas kapal disediakan kursi untuk duduk meinikmati perjalanan. Kebanyakan turis lokal yang ikut saat itu adalah para pasangan tua-tui atau manula.

Pemandangan disepanjang perjalanan terasa biasa-biasa saja sebagaimana layaknya kita melihat sungai, tenang tidak berombak, dan ufuk nun jauh disana. Tetapi pemandangan yang menghibur adalah hilir mudiknya boat-boat kecil dan sedang yang melaju lebih kencang atau sangat kencang dibanding kecepatan boat yang kami naiki. Pengemudi dan penumpang boat-boat yang berlalu disisi kiri atau kanan kami sangat ramah-ramah, mereka lebih sering mendahului melambaikan tangannya menyapa kami semua. Pemandangan lain yang menghibur adalah aktifitas orang-orang yang bermain dipasir pantai pinggir sungai atau daratan pasir ditengah-tengah sungai, beserta keluarga dan anak-anak mereka yang bergembira berenang dan bersenda gurau. Ada yang melompat, ada yang berenang, ada yang ngobrol, ada yang makan-makan, ada yang sekedar berjemur, ada yang naik kano, ada yang bakar ikan, dsb. Umumnya mereka senang melihat kehadiran boat besar kami yang melalui mereka. Sehingga mereka melambaikan tangannya kepada kami dan kamipun membalas lambaian tangan mereka.

Kita juga sempat berhenti sejenak menikmati pemandangan rumah kecil tua diatas bukit yang sangat indah karena rumah itu adalah satu-satunya rumah disepanjang bukit. Rumah itu rumah tua yang sekarang sudah jadi museum. Didalam boat disediakan pilihan makanan kecil dan minuman yang bisa kita beli. Sekitar 20 menit kita berkeliling dan akhirnya boat besar kita berputar kembali kearah dimana kita berangkat melalui jalan yang sama. Ada perasaan jenuh juga, tapi karena ini adalah yang pertama kalinya dan waktunya tidak terlalu lama, maka perasaan jenuh itu ga terlalu lama bertahan. Bisa dimaklumi kalau anakanya mike enggak mau diajak ikut acara kita ini dan mengatakan wah boring aku. Memang menurut saya perlu ada inovasi baru dalam acara tour ini, paling tidak seperti tour di dalam kota Boston beberapa waktu yang lalu.

Setelah turun boat kami makan malam di restoran disitu dengan memesan ikan bakar dan ikan goreng serta scallope (ikan kecil tanpa sel). Tapi jangan dibayangkan ikan bakar dan ikan goreng seperti di Pelabuhanratu atau seperti yang biasa disajikan di restoran di Indonesia. Disini ikan diambil dagingnya saja lalu didiberi tepung dan digoreng, ikan bakarpun diambil dagingnya saja dan dibakar tidak terlalu lama. Kelezatannya masih sangat jauh dibawah kelezatan masakan Indonesia, saya tetap kurang bisa menikmatinya. Tetapi tour ini memberi pengalaman baru yang patut disyukuri. Maha Agung Allah dengan segala ciptaan-Nya. (HNP)



Thursday, June 28, 2007

Citizen jurnalism


Amherst, Massachusetts, USA - 28/06/2007, --- Saat ini sedang berkembang trend baru di Amerika Serikat (AS) sesuatu yang disebut dengan Citizen Jurnalism. Sebuah aktifitas jurnalisme oleh masyarakat yang sedang tumbuh dan semakin pesat akibat meluasnya penggunaan internet, kebutuhan akan publikasi ide-ide, dan pendapat-pendapat masyarakat serta dilain sisi juga sebagai reaksi ketidakpuasan terhadap pemberitaan yang kurang seimbang yang ditampilkan oleh media-media yang ada. Dengan hanya sebuah Blog masyarakat dapat menyampaikan kejadian yang terjadi dilingkungannya atau "melawan" pemberitaan yang disampaikan media komersial yang ada, jika memang ada ketidak akuratan berita.
Akses terhadap internet di AS telah sangat meluas, dimulai dari kalangan atas, kalangan terpelajar, murid-murid sekolah SMA, dan akhirnya masyarakat luas. Besarnya akses masyarakat terhadap internet mengakibatkan penurunan minat membaca media cetak atau surat kabar. di Boston, ibukota negara bagian massachusetts, tingkat penjualan media cetak turun 10-30% dalam 3 tahun terakhir ini. Dengan internet dan printer dirumah, orang bisa memilih berita dan mencetak berita yang dia sukai. Blog dan Citizen jurnalism kemudian menjadi trend baru setelah berkembangnya akses internet dan mengakarnya budaya gemar membaca, demokrasi dan kebebasan menyampaikan pendapat di masyarakat AS.
Melalui Blog mereka bisa menulis segala hal dan aktifitas club-club atau individu yang tidak bisa mereka publikasikan di media cetak yang ada karena faktor tingkat kepentingannya yang spesifik, seleksi atau sensor dewan redaksi yang mungkin menilai tulisannya tidak layak muat, atau adanya biaya yang harus dikeluarkan. Bahkan pada hari-hari kedepan Blog-blog dari Citizen Jurnalism ini akan menjadi penyeimbang opini dari jurnalis media besar atau kecil yang ada, mungkin juga akan mempersempit terjadinya pemberitaan yang miring dan tidak seimbang, atau dapat mengungkap fakta yang lebih akurat karena masyarakat lebih dekat ditempat terjadinya suatu perkara dan lebih menguasai medan.
Citizen Jurnalist juga dapat memuat aktifitas spesifik masyarakat tertentu atau kelompok tertentu yang mungkin akan berharga bagi media yang mungkin sulit dijangkau oleh para jurnalisnya karena jaraknya yang jauh atau sulit dijangkau. Tulisan para Blogger bisa dikutip oleh media besar tanpa media itu harus mengirim jurnalisnya ketempat kejadian perkara. Hal ini akan mengirit biaya operasional media bukan? sebuah kolaborasi baru antara media dan para blogger akan lahir (HNP)